Hello Sobat ^-^... ayo belajar bareng dengan sharing dan komentarmu!...nothing wrong to be try!..lets study together ..

Sabtu, 07 Maret 2015

Gagasan jurnalis pinggiran

          "Negara akan kelihatan Baik jika jurnalisnya Pintar!Negara akan terlihat jelek jika jurnalisnya Bodoh!"
         Duduk memangku laptop dan bersandar pada almari kecil,itulah posisiku sekarang. Diklat jurnalistik  seharian penuh itu menyudutkan aku dalam kamar sempit dengan tiga dipan kasur bertingkat. Aku tidak kelelahan juga tidak mengeluh, hanya pikiran ini terus berputar memindai file file materi diklat yang akan aku aplikasikan.
      Kebenaran adalah salah satu kode etik terpenting dalam pers, melalui verifikasi yang bertahap kebenaran itu bisa dipertanggung jawabkan.Indah luar biasa! jika hal itu benar terjadi dalam pers indonesia di seluruh media. Namun kenyatannya tidak, belakangan aku tahu media sosial di indonesia sudah gawat darurat. Infotaiment yang dianggap bentuk jurnalistik justru menayangkan hal yang tidak mendidik,membuka privasi,membuka aib dan tak jarang memanas manasi.
       Lain ladang lain tanaman, namun tetap hanya ada satu cara yaitu menanam! itulah peribahasa yang ku buat sendir hehe....Nyawa perusahan media sosial adalah iklan, semua pembiayaan dan keuangan ada pada iklan yang masuk.Normalnya itu sah sah saja, kita membayar untuk iklan dan membiarkan media mengatur beritanya tanpa ada intervensi dari pemodal. Beda lagi jika oknum memasang iklan namun ikut mengatur penerbitan berita..itulah yang dipermainkan pada media sosial di indonesia. Oknum memang tidak menyuap ,tapi memainkan iklan sebagai hak veto dalam berbisnis kepercayaan. Betapa tidak, dengan menjaga image dan membuat pencitraan oknum, rakyat yang sudah bodoh semakin dibodohkan melalui media sosial.
        "Negara akan kelihatan Baik jika jurnalisnya Pintar!Negara akan terlihat jelek jika jurnalisnya Bodoh!" itulah pepatah yang sempat kudengar saat diklat jurnalis. Memang benar, apapun yang manusia lakukan semua berdasarkan informasi yang di lihat, ketika informasi itu terus menerus diingat maka informasi itu akan membentuk suatu kebiasaan yang mempengaruhi pola pikir itulah gejala "Rekonstruksi  media sosial". Atau gejala " Ilusion of truth" ketika suatu info negatif terus menerus di beritakan tanpa ada kritik dan control maka berita negatif itu akan menjadi kebenaran yang dipercaya oleh manusia, anda pilih yang mana???
        Jika difikir, fungsi pers sangatlah kompleks dan menjaganya adalah hal yang sulit, ketika kebenaran itu didistorsikan melalui ketidakadanya kebenaran. Fungsi pers sebagai lembaga serta wadah sosial dalam pencerdasan masyarakat sangatlah penting. Pers Mahasiswa adalah pers yang paling merdeka! lebih merdeka daripada pers perrs pada perusahan media pada umumnya. Tidak ada intervensi perusahaan dan pemodal dalam per Mahasiswa. Kemerdekaan ini terasa masih harus diperjuangkan sebab pers mahasiswa yang aktif dan kritis tidak jarang dianggap menjelek jelekkan kampus atau objek berita, sehingga pers mahasiswa sering menjadi sorotan . Justru kritikan itulah sebagai penguat! penyadar ketika kita lupa, pengingat ketika kita berlebihan dan penilai yang adil ketika kita merasa sempurna!...
        Huuuf sejenak aku bingung....untuk apa aku menulis, aku menulis tanpa ada fakta dan data, aku hanya menulis berdasarkan opini yang kudengar. Namun aku yakin seperti itulah keadaan pers Indonesia, persbisa kita gunakan sebagai penyadar pemuda alay saat ini. Pemuda saat ini sangat gila Hedonis dan Roamantis!...kalau boleh aku berkhayal, aku ingin merasakan masa masa kebangkitan Pers tahun 98 dimana jati diri mahasiswa yang sesungguhnya bergejolak, aku berharap  reinkarnasi aktivis pers 98 tidak malu mempunyai generasi  penerus pers sepertiku !